TIMES BREBES, JAKARTA – Film terbaru Jackie Chan, The Shadow’s Edge, telah mengukir prestasi menonjol di pasar film Indonesia. Data penjualan karcis di salah satu bioskop besar di Malang menunjukkan bahwa 80 persen penontonnya adalah warga Cindo (peranakan Cina-Indonesia).
Hal tersebut menegaskan kedekatan emosional komunitas ini dengan sang legenda aksi. The Shadow’s Edge sendiri mengisahkan seorang mantan agen bayangan yang kembali dari masa pensiun untuk menghadapi jaringan kriminal internasional.
Dalam film ini, Jackie Chan menampilkan sisi lebih matang. Film tersebut dipenuhi aksi laga penuh ketegangan berpadu dengan drama emosional yang menyinggung pengkhianatan, persahabatan, dan pengorbanan.
Penonton dari Setengah Baya hingga Remaja
Di bioskop-bioskop Jakarta, Surabaya, dan Malang, terlihat penonton lintas generasi—dari setengah baya yang tumbuh dengan Jackie Chan hingga remaja yang baru mengenalnya. Banyak keluarga mengambil kesempatan ini untuk mengenalkan **aktor legendaris Tiongkok** pada anak mereka, melanjutkan tradisi menonton bersama yang sudah berlangsung lama.
Salah satu adegan Jackie Chandalam film The Shadow's Edge. (Foto: Khodjah Siti/TIMES Indonesia)
“Ini seperti meneruskan cerita masa lalu ke anak-anak. Kalau dulu saya nonton *Drunken Master* di kaset VCD, sekarang anak saya bisa lihat langsung Jackie Chan di layar bioskop modern,” ungkap seorang ibu Cindo.
Antusiasme yang Terinspirasi oleh Legenda
Pria kelahiran Hong Kong tahun 1954 ini memulai karier sebagai pemeran pengganti sebelum berhasil menjadi ikon laga dunia. Jackie Chan dikenal berkat aksinya yang akrobatik dan humor slapstick atau aksi kungfu lucu.
Pria tersebut telah membintangi lebih dari 150 film dan menjadi simbol kebanggaan Tiongkok di ranah internasional. Jackie juga menjadi ikon melejitnya kungfu Cina di dunia setelah Bruce Lee.
Baru-baru ini, filmnya memecahkan rekor box office di Indonesia: Pendapatan awal mencapai Rp 193 miliar, meroket menjadi Rp 454 miliar dalam minggu pertama, dan menembus Rp 890 miliar hanya dalam tujuh hari. Hingga saat ini, tiket penjualan terus menggeliat, menjadikannya salah satu film Asia paling laris di tanah air.
Bagi banyak warga Cindo, Jackie bukan hanya aktor, tapi juga simbol kebanggaan Tiongkok yang berhasil menembus Hollywood dan mengharumkan nama Asia di panggung dunia.
Suasana bioskop dipenuhi tepuk tangan spontan di puncak laga, dari oma-oma bangga hingga remaja terpana, semua hadir dalam keharuan.
Rencana Sekuel ke Dua?
Ko Andy, warga Cindo asal Malang, merasakan momen penuh harapan usai menonton. Pemuda kelahiran tahun 2000 tersebut pergi ke bioskop bersama ibunya.
“Mami sangat antusias ngajak aku untuk menonton film ini. Jackie artis idola mami waktu beliau muda. Udah nunggu dari lama. Dari cuplikan terakhir film, kayaknya bakalan ada kelanjutannya. Dan yakin pasti akan lebih seru, dan mami dah ngajak nonton lagi nanti,” ungkapnya (6/9/2025).
The Shadow’s Edge lebih dari sekadar film aksi; ia menjadi ruang nostalgia, kebanggaan, dan sambungan lintas generasi bagi warga Cindo dari usia paruh baya sampai remaja. Data penjualan tiket yang fantastis dan reaksi penonton yang penuh emosi menunjukkan bahwa Jackie Chan tetap menjadi ikon sejati, dikenang dan dicintai oleh generasi lama maupun baru. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jackie Chan The Shadow’s Edge Curi Perhatian Warga Cindo
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |